Jangan melabel anak dengan julukan yang buruk!

Setiap anak membutuhkan perasaan dicintai, dihargai, dan diterima. Tetapi sering sekali orang tua menggunakan cara yang salah untuk mendisiplinkan anaknya. Sering sekali orang tua memberikan julukan negatif kepada anak, misalnya Si Dungu, Si Goblok, Si Lelet, Si Biang Kerok, Si Pemalas, Si Pengacau, Si Penipu, dan sebagainya. Dan juga ucapan lain yang mengecilkan arti si anak, misalnya orangtua menyebut anak sebagai “tak berguna”, atau “percuma dilahirkan”. Atau ada juga yang menyebut si anak dengan memberikan kesan bahwa si anak tidak diharapkan, misalnya dengan menyebutnya sebagai “anak pungut” atau “diambil dari rumah sakit” atau “diambil dari tempat sampah” atau menyatakan bahwa “nggak mungkin anak Papa Mama” dan sebagainya. Ada juga yang menganggap anak sebagai sumber kesialan, dengan berkata, “menyesal sudah melahirkan.” Orang tua juga sering melecehkan kemampuan anak, seperti, “Ah, mana mungkin dia bisa?” atau, “Sudahlah, kamu ngerti apa....” atau, “Aku jamin kamu pasti gagal...” Kadang juga lebih halus, “Pengen deh lihat kamu berhasil, tetapi itu mustahil....”

Semua hal di atas dapat berakibat destruktif bagi si anak, dapat menurunkan harga diri dan juga kepercayaan dirinya. Ketika itu terjadi si anak dapat mengalami perilaku yang tidak baik bahkan dapat mengikuti perilaku sesuai dengan julukan yang dia terima dan ini dapat mengganggu hubungannya dengan teman dan lingkungannya dan bisa mempengaruhi prestasi belajarnya. Orang tua yang emosional sering kehilangan kesabarannya dalam mendidik anak dan keluarlah julukan-julukan yang tidak baik bagi si anak. Citra diri yang negatif itu di kemudian hari menyebabkan anak tidak mampu tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri. Anak akan memiliki rasa malu yang kuat, bersikap ragu-ragu, dan lebih suka menarik diri dari pergaulan.
Pada anak yang lain, citra diri negatif tersebut bahkan dapat membentuknya tumbuh sebagai pribadi pemberontak, kasar, bodoh, jorok, lamban, pengacau, dan sebagainya.

Pendek kata, anak akan menampilkan diri sesuai dengan julukan yang diberikan kepadanya oleh orangtua. Anak-anak itu sangat percaya pada ucapan yang berkali-kali keluar dari mulut ayah ibu mereka.Dengan kata lain, jika kita sebagai orangtua mengharapkan anak-anak tumbuh sebagai pribadi yang baik, sehat, cerdas, berbudi luhur, tentu kata-kata, sikap, dan perilaku kita pun harus sesuai dengan harapan tersebut. Apabila hal itu telah terjadi yang perlu dilakukan adalah pertama meminta maaf pada si anak dan meyakinkan lagi bahwa sebagai anak dia sangat dicintai. 
Mendisiplinkan anak memang menjadi tugas orang tua tetapi kata-kata kasar dan julukan jelek bagi si anak tidak boleh pernah keluar dari mulut orang tua karena dampaknya sangat besar bagi perkembangan anak dan juga psikologisnya. Berteriak ketika marah memang sangat mudah dilakukan tetapi perlu diingat bahwa itu tidak akan memberikan penyelesaian. Apabila kita ingin mendisiplinkan anak lebih baik menggunakan cara yang lain seperti mengambil mainan si anak sampai si anak mengubah perilakunya. Berikan 1 bintang dari kertas padanya setiap dia melakukan perilaku yang baik dan bila sudah terkumpul 5 berikan hadiah padanya. (prinsip token ecconomy). Setelah si anak bisa lebih tenang, peluk dan berikan penjelasan padanya kenapa hal tersebut dilakukan. Kata-kata dapat memberikan dampat negatif dan positif bagi anak, apabila Anda tidak dapat mengontrol emosi, mintalah bantuan pada psikiater untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik


dr.Lahargo Kembaren
l_kembaren@yahoo.com
www.sehatjiwa.blogspot.com

Bagikan Postingan Ini: